ketika angin mengecup kedua kelopak mataku
saat itu ku bisikkan bulir-bulir aksara pembentuk namamu
ketika suara malam memaksaku untuk tidur,
saat itu aku ingin melihat dirimu
kasih..
kita dipertemukan pada saat -saat yang indah
bilakah kita nanti akan bersama
dan seterusnya bahagia,
aku tentu menginginkan hal itu
namun bila kita tak sempat bersama
aku kan merelakannya jua
biarkan ku lukis raut wajahmu pada kampas jiwaku
biarkan ku kecup seluruh wajahmu pada bayang nyata dalam mimpiku
biarkan ku belai indah gerai rambut hitam yang menutupi sedikit rupamu
biarkan ku selimuti dinginnya raga
dengan syair-syair indah dan nada-nada yang bersemi dalam sukmaku..
desir angin membelai jiwa yang sunyi
ku kotak-kotakkan bingkisan rindu
pada hayalan tak bertepi
elegi pada malam ini
menyucikan hati.
tiada pernah setulus ini
mencinta begitu indah,
lebih indah dari segala
kau pendaran cahaya yang menerangi redupnya kalbuku
namun tiada mampu kau jaga pelita itu
jiakalah kau tahu, aku butuh seorang yang mampu mennjaga pelita itu, agar tetap hidup di hatiku.
namun, aku takkan ingin memaksa
biarkan semua terjadi dengan sangat leluasa
tanpa memandang rupa, tanpa memandang wajah
ku tutup kedua mataku dengan sepuluh jariku
ku raba saja isi kalbumu
bilakah ku temukan gorean rinduku disitu,
mungkin iyalah orang itu dirimu
Sudahlah Imelia,
malam telah larut
bahakan telah sangat larut
ketika aku menuliskan goresan ini pada lembar kertas lusuh,
biarkan aku terlelap dengan sendirinya
Aku percaya saja pada Tuhan,
bilakah iya,
maka iya jualah...
WORD BY: IMELIA LENI
Jambi, 230411
pukul: 01.36
beranda kostan